Jumat, 19 Maret 2010

Translation of Sorry Sorry Answer by Super Junior


I want you like crazy
I can’t go a day without you, oh baby
I hold you in my arms
My heart still beats for that love
I’m suffocating more and more
I think I’ll die like this
I want you, baby
You’re so, so beautiful
I’m entranced by your appearance
I’m entranced
I’m captured by your gaze
I can’t turn my head around either
I’m a fool
My heart feels like it will burst
When I hold onto your hand and we kiss
Only that girl can be my owner
I’m a slave for you
*Sorry sorry sorry sorry
I I I first
Fell for you you you
Fell fell fell baby
Shawty shawty shawty shawty
My eyes are blinded, blinded, blinded
My breath is stifled, stifled, stifled
I’m going crazy, crazy, baby
(x2)
Nan nan nananana nanana
Nanan nanana nanan nananna (lalalala)
Nan nan nananana nanana
Nanan nanana nanannananna nananna
행복한 바보라도 된 기분 느낄 수 있겠니
날 가져도 넌 괜찮아
그대로 시간이 멈춰서 하나의 나이길 원해
You’re so, so beautiful
I’m entranced by your appearance
I’m entranced
I’m captured by your gaze
I can’t turn my head around either
I’m a fool
My heart feels like it will burst
When I hold onto your hand and we kiss
Only that girl can be my owner
I’m a slave for you

*Repeat
I can’t imagine losing you
A life I live without you
Living a life without you
널 처음처럼 바라보는 해바라기 boy
It’s as though you were sent to save me
A life where I could love was approved
I’m satisfied with just you
Finally you’re in my life
Sorry baby, sorry baby
For only loving you
Sorry, I’m really sorry
Shawty baby, shawty baby
I’m sorry for looking at you only
I guess I really can’t do anything about it
*Repeat
Realize the heat, the lie
Baby, give me can’t a lie
We don’t make a sound and we keep feeling this space
We feel the love syndrome that we’re falling deeply into
Let’s never change, let’s never break up
Let’s say we love each other more than ourselves
Even a hundred times, even ten thousand times on & on

Precious love
Nan nan nananana nanana
Nanan nanana nanan nananna (lalalala)
Nan nan nananana nanana
Nanan nanana nanannananna (lalalala)
credits: kimchi hana @ soompi

ya. lagu ini. nyaris bikin gue nangis histeris. artinya... oke gue ga bisa komentar banyak terlalu speechless gue ngadepin lagu ini. ngena banget ya please di gue udah kayak menghujam hati apaan tau. gue suka. beneran kayaknya gue juga mulai suka sama Super Junior.

Senin, 15 Maret 2010

I Love Mornings ! (esp. if he's there and I see him)

Tittle : I Love Mornings! (esp. if he’s there and I see him)
Rating : G (?) maybe ? or PG-13 (for the genre)
Genre : Fluff (?), kind of romance ? ok, you’ll found out by yourself
Pairing : Onew/Key
Warning : I wrote this in Bahasa, if you want to read it in English, just go to Google Translate… LOL too lazy to write in English since my English is bad (sorry >,<). And its YAOI (boyXboy love) don’t like ? don’t read !
Credit : Shinee prompt generator ! XDD it gave me this pairing and idea !
Disclaimer : Of course I didn’t own Onew, neither Key. I Own Taemin for myself. They’re belong to SME
Summary : Key is a highschool student who hates school and morning and he also hates to go to school by bus

Key POV

Oke, Aku benci pagi ! aku benci sekolah dan aku benci pergi ke sana dengan bus. Kau tahu kan, begitu banyak orang dan sempit. Dan oh ya ! bus juga pengap.

Seragamku bisa berantakan sampai di sekolah, dan aku juga benci itu. Hey, yang benar saja! Aku menyetrika seragamku sendiri di pagi buta dan yakin tak akan membiarkan orang orang di bus itu mengacaukan hasil jerih payahku !

Lalu, kenapa…. KENAPA SEKARANG AKU DI BUS SUPER-DAHSYAT-ABIS-BANGET-SANGAT SEMPIT INI ?!! oke itu berlebihan. Setidaknya bus ini sekarang cukup sempit untuk menyelonjorkan kaki di lantainya *dan kayaknya tak bakal ada yang mau mencoba*. Ya, kalau saja sekolahku tidak jauh juga ban sepedaku tidak bocor dan aku bangun jauh lebih pagi buta agar bisa menambalnya, tentu saja aku takkan berada di sini.

Aku masih berperang dengan diriku sendiri hingga supir bus mengerem tiba-tiba. Sepertinya dia lupa berhenti sejenak di halte untuk mengangkut beberapa penumpang lain—menyusahkan—bus mundur untuk kembali ke halte.

Para penumpang masuk, aku tak begitu memperhatikan mereka pada awalnya—tentu saja memang mereka siapa ?—sampai, ia masuk… dan. Nafasku seolah berhenti untuk sepersekian detik, Mataku tak mampu berkedip.  Jujur sungguh, laki-laki yang tampaknya mahasiswa itu telah menarik perhatianku. Ya. Aku. Aku yang diva luar biasa ini tertarik padanya—oke biar kujelaskan, Dia begitu manis—wajahnya—putih. Kulitnya seputih tahu. Dan ya. Pipinya. Pipinya terlihat begitu empuk. Aku ingin sekali mecubitnya, sampai keduanya memerah. Pasti warnanya cantik sekali. Matanya—oke aku terlalu banyak memperhatikan tapi biarkan aku melanjutkan—matanya sipit sekali, hingga aku pun membayangkan bagaimana mata itu kalau ia tertawa ? pasti membentuk garis lurus saja !

Aku terpesona pada wajahnya. Ya dari wajahnya saja aura lembut itu sampai padaku. Seolah dari wajah yang begitu tak memproyeksikan usianya itu—aku tahu ia mahasiswa dari sampul modul yang ia bawa di tangannya—semua yang ada di bus ini—bahkan walau itu bau badan orang di sampingku—terlihat, terasa begitu indah. Dan pantas. Pantas untuk kunikmati sebagai balasan dari buruknya pagi ini.

Nampaknya, ia sadar kalau dirinya diperhatikan. Ia menoleh, menatap lurus padaku. Dan sungguh apa yang diperbuatnya itu sangat tidak bagus untuk jantungku—membuatnya jauh lebih berdetak liar. Kemudian, Ia tersenyum. Manis. Sekali. Senyuman yang paling manis yang kulihat pagi ini—tentu saja bukan karena dia orang pertama yang tersenyum padaku pagi ini—yang bahkan hangatnya sampai ke hati. Semuanya terasa berhenti. Ya saat ia tersenyum padaku—setidaknya kukira begitu—waktu melambat, dan kemudian berhenti sejenak. Membiarkan hatiku—tubuhku, mengabadikan, memotret saat ini untuk kusimpan dan nampaknya kuingat selamanya.

Kau tahu, hatiku jarang ditawan. Bahkan oleh gadis sekalipun. Tapi, laki-laki ini—yang bahkan hanya dengan senyumnya yang manis—mampu mencurinya hingga aku takut. Takut Hatiku tak dikembalikan lagi pada tempatnya.

Ya tiba tiba saja aku sadar kalau aku bodoh. KENAPA AKU TAK MEMBALAS SENYUMNYA ?! dan itu kusesali saat ia akhirnya memalingkan wajahnya, lelah menunggu balasan senyumku ?—mungkin…
Sisa perjalanan di bus itu aku habiskan untuk mencuri pandang padanya. Sampai tiba saatnya aku turun lebih dulu. Dan mengedarkan pandanganku sekali lagi padanya.

Akankah ada pertemuan untuk kedua kalinya ?

Kudapati hatiku bertanya. Tapi bagian dari diriku yang lain menyahut, Hei! Key ! ingat, memang dia siapa ? kalian bahkan baru bertemu hari ini, kali ini. Bagaimana bisa dengan itu kau bahkan mengharapkan pertemuan kedua ? ingat kalian penumpang bus umum ? kesempatan kedua untuk pertemuan bus seperti ini hampir tak mungkin. Bisa saja ia hanya naik bus itu sekali saja kan ? lupakan ia. Ambil kembali hatimu.

Tapi tak bisa.

Maaf—bagian dari diriku yang lain—sepertinya tidak bisa.

Dan. Demi Tuhan ! YA AMPUN IA MEMBALAS !!! IA MEMBALAS PANDANGANKU !!! aku berkedip. Tak percaya tentu saja—bagaimana ia bisa sadar ?—dan pada kedipan kedua, pintu bus sekolah tertutup otomatis, dan akhirnya bus kembali melaju…

Percaya tidak, kalau aku—sekarang juga—suka pagi ?—tapi aku tetap benci sekolah, jangan tanya kenapa. Mungkin dan oh MUNGKIN aku akan naik bus sekolah terus ? oke. Tak kukira pria itu—yang ya Ampun tak kutahu namanya—mengubahku.

Aku suka pagi ! (apalagi kalau ada dia dan aku melihatnya)

End.

***

jadi, ini adalah awal dari fanfic yang sebelumnya udah gue post. haha iseng aja post yang pertama ini soalnya udah pernah gue post di tumblr :D . enjoy reading and please comment

Minggu, 07 Maret 2010

I Would Love Mornings More! (just when if he’s there and I see him)


Tittle : I Would Love Mornings More! (just when if he’s there and I see him)
Rating : PG-13 (for the genre)
Genre : romance
Pairing : Onew/Key
Warning : I wrote this in Bahasa, if you want to read it in English, just go to Google Translate… LOL too lazy to write in English since my English is bad (sorry >,<). And its YAOI (boyXboy love) don’t like ? don’t read !
Credit : Shinee prompt generator ! XDD it gave me this pairing and idea !
Disclaimer : Of course I didn’t own Onew, neither Key. I Own Taemin for myself. Their band belong to SME and they belong to themself
Summary : Onew is an university student who love his campus and morning and hates to go to campus by bus
Note : This is the sequel of “I Love Mornings! ”, and this is for my beloved chingu, Putri damayanti, and my lovely unnie J and of course y’all who have read my previous fanfic. Thanks for reading !

ONEW POV

Aku suka pagi dan kampusku, tapi sumpah demi apapun aku benci pergi ke kampus dengan bus sekolah. Entahlah. Mungkin karena begitu banyak orang dan sempit. Dan, oh ya! Aku juga tak suka menunggu di halte… entahlah. Aku hanya kurang suka menunggu

Hanya saja, hari ini sialnya aku harus pergi ke kampus dengan bus. Mobilku sedang diperbaiki di bengkel. Kalau saja Jonghyun lebih berhati-hati ketika mengendarainya sewaktu ia meminjam mobil itu dariku, pasti mobil itu tak perlu berada di bengkel dan aku tak perlu menunggu bus di halte sekarang ini. Sial!

Banyak sekali pelajar yang sedang menunggu bus sekolah itu di halte ini. Oke cemas juga deh dapet tempat duduk nggak ya ? ahelah males sumpah pagi-pagi udah keram kaki berdiri di bus kalau seandainya aku memang tidak dapat duduk. Aku menggelengkan kepalaku, membuang pikiran itu. Hanya bikin penuh kepala. Kubuka modul kuliahku, hari ini akan diadakan tes. Ada baiknya aku kembali mengulang belajar, walau tadi subuh sudah bela-belain bangun, begadang belajar.

Baru juga 10 menit membaca, bus itu datang. Eh… tunggu! Apa-apaan ini ? apakah bus itu baru saja melewatkan halte ?! aku menghela nafas. Capek. Melihat orang-orang mengejar bus itu mau tak mau aku juga ikut berlari. Dan bus itu akhirnya berhenti dan mundur. Satu per satu orang-orang yang menunggu di halte yang sama denganku masuk, begitu pun aku. Melihat keadaan, mencari kursi kosong… well, sial. Benar kan, tidak ada yang kosong! Kesal. Kucoba mengalihkan pikiran. Kembali melihat keseliling, dan… mataku pun terpaku pada sepasang mata itu.

Sepasang mata itu, ya. Sedang memperhatikanku tadi. Terlihat, terbukti, ketika aku menatapnya lama, menatapnya lurus, dan entah—aku tidak tahu mengapa, bibir ini membentuk seulas senyum. Ia membeku untuk beberapa saat. Bisa kulihat itu.

Pria—ah, sebutan itu jelas sekali tak pantas untuknya. Ia terlihat muda,--mungkin masih di sekolah menengah atas ? ya, seusia itulah. Hal yang menarik darinya, yang menarik rasa ingin tahuku padanya adalah caranya menatap sesuatu. Begitu mendalam dan terkesan sangat memperhatikan—begitu terfokus. Oke bukan hanya itu saja. Banyak hal yang membuat rasa tertarikku menyembur keluar. Aku menyukai rambutnya, potongan yang sebenarnya cukup aneh dan jarang  ditemukan. Potongan asimetris—yang Astaga, bila kau melihatnya kau yakin kau harus bisa menahan nafsumu untuk mengaca-acak rambut itu—sama seperti yang kurasakan sekarang—dengan warna cokelat tua, sangat tua—hingga mungkin akan kau kira itu hitam. Dan potongan rambut luar biasa itu sukses menutupi sebelah matanya—sial entah kenapa seorang remaja yang baru bertumbuh dengan potongan rambut seperti itu saja bisa terlihat begitu seksi di mataku ?shit.  Juga—ah, masih ada lagi ? Ya ampun. Yeah, kuakui, entah mengapa aku begitu tertarik dengan bibirnya—hingga mataku tak bisa melewatkan untuk memandang yang satu itu—bibirnya  yang berwarna merah jambu pucat, bibir penuh itu… Oh Tuhan, tolong… MELIHAT BIBIR ITU HANYA MEMBUATKU INGIN MERASAKAN BAGAIMANA RASANYA!

Yah! Lee Jinki. Alihkan saja pandanganmu sebelum kau lepas kendali dan menculiknya untuk kau simpan di rumah. Pikirku. Oke benar. Sebelum aku tanpa sadar membawanya pulang. Alihkan pandangan… alihkan!

Berhasil. Dan sisa perjalanan itu tampak seperti cobaan kesabaran menahan nafsu saja. Menahan nafsu untuk melihatnya. Tapi modul kuliah itu nampaknya cukup  membantu mengalihkan perhatian. Jadi cukup untuk menutupi keadaanku yang sebenarnya—yang begitu ingin menatapnya lagi. Lagi dan lagi.

Bus berhenti.

Dia turun.

Tidak.

Aku membatu.

Duniaku kiamat.

Oke oke, itu berlebihan. Banget. Tapi—serius, dia turun. Kecewa. Karena kali ini aku memang tak perlu menahan apapun lagi—menahan hasrat apapun lagi—tapi, tapi. Rasanya menahan masih jauh lebih baik daripada mengetahui bahwa ia tak bisa kulihat lagi. Menderita masih jauh lebih baik daripada ia tak ada. Ya. Untuk kondisi seperti ini.

Aku menoleh. Tak tahu mengapa, semua terasa begitu cepat namun perlahan melambat. Begitu cepat ketika aku menemukan kembali sepasang mata tajam itu, wajah itu. Menatapnya. Dan seketika itu pula seolah waktu perlahan melambat—seolah waktu memberikanku sedikit toleransinya untuk mengabadikan saat ini. Memotret wajah itu dengan hatiku. Mengingat bagaimana mata dan wajah itu juga melihatku, membayangkan apa yang ia pikirkan saat melihatku—yang dalam kasus ini adalah orang asing untuknya—orang aneh kah ? pervert kah ? tidak. Tapi tidak bukan—bukan ya, bukan itu yang nampaknya ia pikirkan. Matanya dapat kubaca. Mata itu… seolah juga menginginkanku.

Dan. Pintu bus sekolah tertutup.

Aku telah menghabiskan toleransi yang waktu beri.

Bus kembali melaju.

Namun hatiku—tunggu. Kemana hatiku ? serasa ada lubang, bukan. Bukan tiba tiba aku menjelma menjadi sundel bolong atau semacamnya, hatiku—ada bagian yang hilang di sana. Oke untuk lebih jelasnya—nampaknya aku terlalu banyak bertele-tele—hatiku tertinggal, terbawa bersamanya.

Bersamanya

Yang… ADUH BAHKAN AKU TAU TAHU SIAPA NAMANYA ?!!

Bagaimana… bagaimana cara mengambilnya kembali ? Oh Tuhan.

Aku menepuk jidat. Menghela nafas keras keras, inilah soal tersulit yang pernah kutemui. Capek, dan akhirnya aku melihat ke sekeliling, dan seketika itu pula aku baru sadar, bahwa aku menjadi pusat perhatian. Apakah semua orang sadar ? ya. Kurasa semua orang menyadarinya. Aku terlalu 
bertingkah berlebihan.

Ini hari kedua.

Hari kedua aku naik bus.

Seriusan nih. Sumpah seolah sudah gak ada lagi jalan lain, semoga saja dengan naik bus hari ini aku memang bisa bertemu dengannya. Lagi.

Kemarin, setelah tiba di kampus, pikiranku kosong, hingga tes pun seolah sama sekali tak meninggalkan bekas apapun di benakku. Apa jangan-jangan aku sama sekali gak ngerjain ya ? beneran deh. Kacau semua hari itu—berantakan setelah aku bertemu remaja—baru—tumbuh—seksi(?)—minta—ampun.

Bus !

Yeah datang juga akhirnya. Tidak seperti kemarin, bus berhenti tepat di depan halte dan… ketika aku masuk, bus begitu lenggang. Banyak kursi kosong. Aku bebas memilih dimana pun aku duduk. Harusnya. Seharusnya memang seperti itu. Tapi, mataku tetap saja mencari sosok itu. Sosok yang sama. Sosok remaja—baru—tumbuh—seksi—minta—ampun, yang tak bisa lepas sepersekian koma detik pun dari kepalaku.

Dan.

Akhirnya, rambut asimetris itu, rambut yang berwarna cokelat tua itu... terlihat. Wajahku—ah ya. Bisa kurasakan wajahku berubah. Tanpa perlu berkaca lagi, aku tahu, kalau wajahku sedang tersenyum—dengan kontraksi berlebihan di sekitar mataku yang memang sudah sipit sejak lahir, pasti mataku membentuk seberkas garis saja—juga. Juga bagian mulutku—oh ya ampun. Tersenyum lebar. Ya, tersenyum begitu lebar sampai memperlihatkan semua gigiku—hanya.karena.melihat.rambutnya.saja. Tobat.

Aku meraih bangku tempat ia duduk—tempat dimana rambut itu menyumbul terlihat—melawan gaya kelembaman bus sekolah yang sudah mulai berjalan kembali.

“Ah” suara itu keluar begitu saja dari mulutku. Lega akhirnya bisa duduk di kursi itu.

Ia menoleh.

Jantungku melongkapkan banyak detakan.

Tak kusangka. Dengan jarak sedekat ini, ia masih bisa terlihat begitu sempurna. Semua terlihat begitu jelas—ya, mata, rambut, bibir dan bahkan kini bentuk hidung dan alisnya!

Ia terkejut. Aku ? aku tidak terlalu. Karena aku kan yang lebih dulu melihatnya ?

“Hai” aku manyapanya, memberikan senyuman terbaikku, “Lee Jinki”, hell. Badanku—semua bergerak sendiri—bahkan mulutku ! tak bisa dihentikan,”siapa namamu ?”, kuulurkan tanganku—yang bergerak sendiri—berharap ia akan menyambutnya

“Ah.. hai.. aku ? ah Kim Ki Bum”, tangannya menjabat tanganku. Tubuhku langsung bereaksi. Inilah kontak langsung pertamaku dengannya, “panggil Key saja. Aku terbiasa dipanggil begitu”, kini ia mulai berani tersenyum padaku—tak tertahankan Tuhan batapa sempurnanya ia dengan muka tersenyum seperti itu…

Aku membalas senyumnya, dan. Setelah itu… aku tak tahu apa yang kulakukan

“Key…”

“Ya ?”

“Bisa tidak kau kembalikan hatiku ? Bukan apa, aku rasa ia terbawa bersamamu”

“Hah ?” ia melongo, jangan dibayangkan tolong. Kalian bisa pingsan mengetahui fakta bahwa bahkan saat dia terperangah pun ia tetap mempesona. Setidaknya di mataku.

Nampaknya mulai sekarang aku akan lebih menyukai pagi. Dan bus(?)
Ya, aku akan lebih menyukai pagi (hanya saat ada dia dan aku melihatnya)

===============================================================
HEHE ini sequel fanfic gue yang I LOVE MORNINGS ! lama bet akhirnya jadi juga :3